Tuesday, May 17, 2011

Belajar Dari Sukijan

Sekitar delapan bulan terakhir ini, hampir setiap hari saya selalu bertemu dengan seseorang di tempat kerja saya. Dia masih muda, baru saja lulus sekolah tahun ajaran 2010 dari salah satu SMK di Kebumen. Namanya Sukijan, memang bukan nama yang keren lagi untuk remaja seumuran dia sekarang. Saat pertama kali bertemu dengannya, sekilas saya melihat penampilannya juga tidak jauh dari namanya, jika boleh mengutip kata-kata dari salah satu presenter di salah satu TV swasta, bisa dibilang "katrok". Orangnya tinggi kerempeng, bahkan jika berjalan mirip rerumputan yang bergoyang ditiup angin, melambai kesana-kemari. Ditambah  lagi jika dia berbicara menggunakan bahasa jawa khas Kebumen yang "ngapag", benar-benar menambah kesan katrok dalam dirinya.

Karena letak pos kami yang berdekatan, membuat kami sering ngobrol. Banyak yang kami bicarakan walaupun kebanyakan memang hal-hal yang sangat sepele, seperti kemarin malam tidur jam berapa, bla..bla..bla... Dari perbincangan yang hampir setiap hari itu membuat saya mengenal baik seorang rekan kerja saya yang bernama Sukijan.  Tapi semakin lama saya mengenalnya, saya semakin kagum dengan ketulusan dan cita-cita yang dia punya.

Pekerjaan yang diberikan kepadanya bukanlah pekerjaan yang gampang, bahkan beberapa "karyawan tetap" yang sudah 3-4 tahun bekerja tidak sanggup jika disuruh mengisi pos yang diisi oleh Sukijan. Selain banyak item yang harus dipasang,  pos Sukijan termasuk pos yang paling "rawan". Saya katakan rawan karena pekerjaan-nya beresiko merusakkan part  yang hendak dipasang. Jika sudah rusak, part tersebut sudah tidak bisa di repair lagi, bahkan harus dibongkar semua dan diganti dengan part yang baru. Karena itu sebagian besar dari kami menolak jika ditempatkan di pos tersebut, tapi seorang Sukijan berhasil menjalankan pekerjaannya dengan baik, kami semua benar-benar salut dengan hal itu.

Dia bercerita kepada saya bahwa dia memang berasal dari keluarga yang miskin. Ketika saya coba bertanya kepadanya, setelah selesai kontrak dari sini mau melanjutkan kemana. Dengan tegas dia menjawab ingin melanjutkan kuliah. Saya benar-benar malu kepadanya dan kepada diri saya sendiri, karena waktu saya lulus sekolah dulu tidak terbesit sedikitpun niat saya untuk melanjutkan kuliah. Boro-boro berpikir tentang kuliah, saat sekolah saja sama sekali saya tidak mengerti tentang pelajaran yang diajarkan di sekolah. Tapi sungguh tinggi cita-cita Sukijan, dia berkata jika hanya lulusan SMK langsung bekerja sampai kapanpun juga tetap akan menjadi buruh, tidak akan pernah "kerja enak" katanya. Sekali lagi saya hanya tersenyam kecut kepada diri saya sendiri, karena hampir 5 tahun ini saya merasakan sendiri bagaimana pahitnya menjadi seorang buruh.

Saat ada acara kumpul-kumpul sehabis kerja, saya meminjam handphone-nya. Dengan alasan minta lagu saya mencoba melihat selera musik Sukijan. Saya sedikit terkejut dengan selera musiknya, di handphone-nya sama sekali tidak ada musik melayu yang memang sedang menjadi hits  ABG saat ini. Beberapa nama "musisi berkelas" ada dalam playlist-nya, seperti Jason Mraz, Michael Buble dan Jamie Cullum. Sungguh berbeda dengan anak-anak ABG seumuran-nya, yang berpenampilan metal tapi selera musik  pop melayu. 

Beberapa minggu kemarin saya iseng bertanya kepadanya, sudah terkumpul berapa tabungan untuk kuliah. Dengan bahasa jawa ngapag-nya dia menjawab belum banyak, karena sebagian besar duitnya dipakai untuk membantu keluarga dulu, diiringi tawa cempreng-nya. Karena itu dia berkeinginan untuk menyambung kontrak setahun lagi, biar kuliahnya kelak bisa lancar katanya. walaupun  saya ikut menyesal mendengarnya, tapi saya tetap salut dengan ketulusan yang dimilikinya. Karena saya merasa, selama ini jarang sekali saya membantu keluarga. Sekali lagi Sukijan mengajarkan sebuah ketulusan  kepada saya.

Pelajaran paling berharga dari Sukijan adalah siapapun namanya, bagaimana-pun penampilanya, jangan pernah menganggap remeh padanya. Senang rasanya bisa mengenal seorang Sukijan, setelah berpisah nanti semoga saya bisa bertemu lagi denganya, saat Sukijan sudah berhasil menggapai cita-cita-nya.

Monday, May 16, 2011

Senja Yang Sama

menikmati langit senja disini,
dari ratusan tempat yang pernah kusinggahi
rasanya tak ada yang berbeda,
dan mentari pun selalu tergesa untuk pergi

biru kemerahan warna yang ditinggalkannya
menemani hati yang sepi
penuntun jalan untuk menemukan diri
walau awan hitam kadang mengusiknya,
tetap saja keindahannya tak dapat terganti


lalu,
satu persatu lampu jalan mulai beraksi
diiringi lantang suara adzan yang dikumandangkan
memaksa gerombolan kelelawar untuk segera menari


dan kini,
senja memang t'lah berlalu
tanpa memberitahu siapa diri
hanya harapan yang tersisa
semoga selalu terjaga dalam do'a



      Sunter, 16 Mei 2011

Tuesday, May 10, 2011

sesaat di Pagaralam

Sampai hari ini, saya merasa orang yang beruntung. Banyak pengalaman indah yang saya dapat dari perusahaan lama tempat saya bekerja dulu, walau mungkin dari segi materi (uang) saya kalah jauh dengan kawan-kawan saya yang lain, tapi saya tidak pernah menyesalinya. Salah satu pengalaman indah yang tidak akan mungkin saya lupakan, hampir semua daerah di provinsi Sumatera Selatan pernah saya kunjungi. Mulai dari daerah pedesaan yang dihuni penduduk asli, sampai daerah transmigrasi yang hanya bisa diakses melalui jalur sungai menggunakan speed boat.


Meski daerah Sumatera Selatan termasuk dataran rendah, tapi ada satu tempat yang bisa membuat saya tidak berani mandi kalau sudah waktu sudah melewati maghrib. Tempat itu adalah kota Pagaralam yang terkenal dengan gunung Dempo nya. Hanya sesekali saya mendapatkan kesempatan kerja di site area Pagaralam, itupun tidak pernah lama. Kadang hanya menginap semalam, dua malam, bahkan pernah jam 5 pagi saya bersama team berangkat dari Palembang, sesampai disana bekerja 3 jam setelah selesai kami langsung balik ke Palembang.

Perjalanan yang ekstrim karena melewati lereng-lereng gunung, ditambah pemandangan bukit dan perkebunan sayur yang hijau membuat perjalanan terasa begitu menyenangkan. Sesampai di site biasanya kami langsung mencari warung kopi, daerah Pagaralam merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbaik di daerah Sumatera. Dan kopi yang dijual daerah sana juga masih kopi yang benar-benar asli, belum ada campuran bahan lain seperti kopi yang sudah dikemas oleh pabrik-pabrik. Penginapan langganan kami (saya lupa namanya) bukanlah Hotel mewah, tapi justru itu yang membuat saya benar-benar bisa menikmati segarnya udara daerah tersebut.


Mungkin karena  "jarang"  itulah mengapa saya selalu bersemangat jika ditugaskan ke daerah itu, bahkan sampai hari ini kadang-kadang saya masih  merindukan tempat itu. Masih jelas dalam memori otak kiri saya, bagaimana segarnya hawa di kaki gunung Dempo. Team kami yang biasanya bekerja sampai matahari tenggelam,  tidak kuasa menahan diri untuk segera menikmati kopi sore hari yang di suguhkan oleh warga setempat.

Kata terakhir yang saya sebut diatas juga menjadi salah satu hal yang membuat saya begitu suka dengan daerah tersebut. Maklum saja hampir selama 2,5 tahun saya muter-muter  di daerah Sumatera Selatan, jarang sekali saya saya menemui warga asli begitu ramah terhadap orang yang baru saja dikenal. Kawan saya pernah mengalami, waktu team-nya tiba di daerah Dempo Utara sekitar jam 2 dini hari. Kawan saya merasa sungkan mau membangunkan penjaga site, karena dikejar deadline, team-nya memilih langsung bekerja saat itu juga. Jika ditempat lain mungkin mereka akan diteriaki maling ataupun akan diusir oleh warga setempat, tapi hal itu tidak terjadi di Pagaralam. Bahkan penjaga site yang terbangun gara-gara suara berisik malah menyuguhkan kopi untuk team-nya. Sungguh luar biasa ramah warga didaerah kaki gunung Dempo.

Dua foto kawan saya diatas rasanya sudah cukup untuk menggambarkan bagaimana asri-nya daerah kaki gunung Dempo. Saya berharap, suatu hari nanti saya bisa kembali kesana.

Tuesday, May 03, 2011

Selamat datang di Blog saya..

Blog yang sebenarnya saya buat atas dasar iseng, tapi kemudian saya terlalu asyik dengan blog ini, Haha..

Nama BARATIE sendiri sebenarnya adalah tempat di salah satu cerita anime One Piece, tempat asal Sanji yang merupakan salah satu kru dari kelompok Bajak Laut Topi Jerami. Saya menggunakan nama tersebut karena karakter yang ditampilkan seorang Sanji bisa dikatakan mirip dengan saya. Saya memang tergila-gila dengan anime buatan Eiichiro Oda tersebut, tapi di Blog ini saya tidak akan membahas tentang Baratie, Sanji ataupun One Piece, karena saya rasa sudah banyak sekali  Blogg ataupun Forum yang membahas tentang itu semua.

Oh iya...mohon maaf juga bila ada yang merasa tersinggung dengan tulisan di Blog ini. Sungguh tidak ada niat saya untuk menyinggung pribadi ataupun lembaga tertentu. Yang saya tulis di Blog ini benar-benar merupakan pengalaman pribadi saya yang awam tentang kehidupan.

Well...pada akhirnya inilah Blog saya...tempat saya mengeluarkan uneg-uneg tentang kehidupan yang saya jalani (bukan bermaksud untuk curhat)...semoga bermanfaat bagi saya sendiri...apalagi jika bisa bermanfaat bagi kawan-kawan semua.


 
Baratie - Blogger Templates, - by Templates para novo blogger Displayed on lasik Singapore eye clinic.