Sekitar delapan bulan terakhir ini, hampir setiap hari saya selalu bertemu dengan seseorang di tempat kerja saya. Dia masih muda, baru saja lulus sekolah tahun ajaran 2010 dari salah satu SMK di Kebumen. Namanya Sukijan, memang bukan nama yang keren lagi untuk remaja seumuran dia sekarang. Saat pertama kali bertemu dengannya, sekilas saya melihat penampilannya juga tidak jauh dari namanya, jika boleh mengutip kata-kata dari salah satu presenter di salah satu TV swasta, bisa dibilang "katrok". Orangnya tinggi kerempeng, bahkan jika berjalan mirip rerumputan yang bergoyang ditiup angin, melambai kesana-kemari. Ditambah lagi jika dia berbicara menggunakan bahasa jawa khas Kebumen yang "ngapag", benar-benar menambah kesan katrok dalam dirinya.
Karena letak pos kami yang berdekatan, membuat kami sering ngobrol. Banyak yang kami bicarakan walaupun kebanyakan memang hal-hal yang sangat sepele, seperti kemarin malam tidur jam berapa, bla..bla..bla... Dari perbincangan yang hampir setiap hari itu membuat saya mengenal baik seorang rekan kerja saya yang bernama Sukijan. Tapi semakin lama saya mengenalnya, saya semakin kagum dengan ketulusan dan cita-cita yang dia punya.
Pekerjaan yang diberikan kepadanya bukanlah pekerjaan yang gampang, bahkan beberapa "karyawan tetap" yang sudah 3-4 tahun bekerja tidak sanggup jika disuruh mengisi pos yang diisi oleh Sukijan. Selain banyak item yang harus dipasang, pos Sukijan termasuk pos yang paling "rawan". Saya katakan rawan karena pekerjaan-nya beresiko merusakkan part yang hendak dipasang. Jika sudah rusak, part tersebut sudah tidak bisa di repair lagi, bahkan harus dibongkar semua dan diganti dengan part yang baru. Karena itu sebagian besar dari kami menolak jika ditempatkan di pos tersebut, tapi seorang Sukijan berhasil menjalankan pekerjaannya dengan baik, kami semua benar-benar salut dengan hal itu.
Dia bercerita kepada saya bahwa dia memang berasal dari keluarga yang miskin. Ketika saya coba bertanya kepadanya, setelah selesai kontrak dari sini mau melanjutkan kemana. Dengan tegas dia menjawab ingin melanjutkan kuliah. Saya benar-benar malu kepadanya dan kepada diri saya sendiri, karena waktu saya lulus sekolah dulu tidak terbesit sedikitpun niat saya untuk melanjutkan kuliah. Boro-boro berpikir tentang kuliah, saat sekolah saja sama sekali saya tidak mengerti tentang pelajaran yang diajarkan di sekolah. Tapi sungguh tinggi cita-cita Sukijan, dia berkata jika hanya lulusan SMK langsung bekerja sampai kapanpun juga tetap akan menjadi buruh, tidak akan pernah "kerja enak" katanya. Sekali lagi saya hanya tersenyam kecut kepada diri saya sendiri, karena hampir 5 tahun ini saya merasakan sendiri bagaimana pahitnya menjadi seorang buruh.
Saat ada acara kumpul-kumpul sehabis kerja, saya meminjam handphone-nya. Dengan alasan minta lagu saya mencoba melihat selera musik Sukijan. Saya sedikit terkejut dengan selera musiknya, di handphone-nya sama sekali tidak ada musik melayu yang memang sedang menjadi hits ABG saat ini. Beberapa nama "musisi berkelas" ada dalam playlist-nya, seperti Jason Mraz, Michael Buble dan Jamie Cullum. Sungguh berbeda dengan anak-anak ABG seumuran-nya, yang berpenampilan metal tapi selera musik pop melayu.
Beberapa minggu kemarin saya iseng bertanya kepadanya, sudah terkumpul berapa tabungan untuk kuliah. Dengan bahasa jawa ngapag-nya dia menjawab belum banyak, karena sebagian besar duitnya dipakai untuk membantu keluarga dulu, diiringi tawa cempreng-nya. Karena itu dia berkeinginan untuk menyambung kontrak setahun lagi, biar kuliahnya kelak bisa lancar katanya. walaupun saya ikut menyesal mendengarnya, tapi saya tetap salut dengan ketulusan yang dimilikinya. Karena saya merasa, selama ini jarang sekali saya membantu keluarga. Sekali lagi Sukijan mengajarkan sebuah ketulusan kepada saya.
Pelajaran paling berharga dari Sukijan adalah siapapun namanya, bagaimana-pun penampilanya, jangan pernah menganggap remeh padanya. Senang rasanya bisa mengenal seorang Sukijan, setelah berpisah nanti semoga saya bisa bertemu lagi denganya, saat Sukijan sudah berhasil menggapai cita-cita-nya.