Friday, July 15, 2011

semak sepi jalur sungai Musi

Tak terasa hampir setahun saya bekerja di pabrik, setahun yang mungkin "kurang berkesan" untuk menghabiskan umur di dunia. Karena sebagian besar waktu yang saya habiskan hanya berputar di dua tempat, kamar kost dan pabrik. Bangun tidur lalu berangkat kerja ke pabrik, selesai bekerja langsung pulang dengan tujuan utama kamar kost untuk segera beristirahat melepas lelah. Bahkan saking lelahnya, jika kehabisan uang saya lebih memilih pinjam dulu kepada kawan daripada pergi ke ATM untuk menarik uang.

Hari "membosankan" seperti ini membuat saya rindu dengan pekerjaan lama, yang bisa dalam satu hari 3 kali makan di tiga tempat yang berbeda. Salah satu hal sangat saya rindukan dari pekerjaan lama saya adalah naik speedboat  atau dalam bahasa daerah setempat (Palembang) sering disebut perahu kethek, yaa... naik kethek  menyusuri jalur sungai. Bukan tanpa alasan jika kami menggunakan kethek untuk menuju site yang akan kami kerjakan, alasannya karena daerah tersebut memang tidak dapat dijangkau menggunakan akses darat, dan akses melalui sungai adalah satu-satunya jalan untuk keluar-masuk daerah tersebut.

Pagi adalah waktu yang paling tepat untuk berangkat, karena kami biasanya men-charter perahu hanya untuk satu hari. Selalu kami usahakan menyelesaikan pekerjaan dalam satu hari, dan sore hari kami langsung balik ke Palembang. Perjalanan sore itulah yang membuat saya sangat terkesan. Perjalanan pulang sekitar 3 jam yang berisi lamunan, menyusuri jalur sungai buatan. Pemandangan semak belukar yang sangat sepi, tidak jarang kami melihat sekumpulan monyet yang sedang bermain meloncat kesana-kemari. Bergelantungan dari pohon satu ke pohon yang lain. Riang sekali mereka, bermain lepas. Seakan mereka berkata kepada saya, "tidak usah kamu pikirkan apa yang akan terjadi besok...semua sudah diatur olehNya".

Arus sungai yang tenang, kadang berkilatan terkena sinar mentari menambah damai dalam perjalanan itu. Sesekali perahu kami bersimpangan dengan perahu lain, hal itu membuat arus sungai menjadi berombak dan   mengakibatkan perahu yang kami tumpangi bergoyang. Tetapi sang pengemudi perahu sudah tahu apa yang harus dia lakukan, dengan tenang dia mengikuti arus sehingga tidak membuat perahu yang kami tumpangi jatuh. Mungkin itulah kiasan hidup ini, sesekali masalah tanpa diundang akan datang menerpa kita, membuat kita lupa akan tujuan hidup kita. Asal kita tenang dan tahu apa yang harus kita lakukan, niscaya masalah akan selesai tanpa harus ada pihak yang harus "jatuh".

Semilir angin yang masih segar kadang bercampur embun dari air sungai menambah segar suasana perjalanan pulang ke Palembang. Begitu juga sang mentari yang rupanya juga beranjak pulang, pemandangan sempurna untuk menutup hari. Perjalanan naik perahu kethek yang aku jalani memang dapat dihitung dengan jari. Tapi kenangan tentang perjalanan itu tidak akan aku lupakan seumur hidupku. karena sudut sepi jalur sungai Musi memang banyak memberi tahu aku tentang makna kehidupan ini.




 
Baratie - Blogger Templates, - by Templates para novo blogger Displayed on lasik Singapore eye clinic.